Apa yang kita lakukan di masa lalu menjadi dasar orang melihat kita di saat ini. Apa yang kita lakukan di masa lalu dan di saat sekarang menjadi dasar kita akan dipandang di masa depan. Apa yang kita lakukan seluruh hidup kita akan menjadi kenangan dan peninggalan kita, minimal bagi keluarga sekitar. Peninggalan tersebut bisa saja dirasakan biasa saja, tidak terlalu berkesan. Bisa juga dirasa bermanfaat karena ilmu yang pernah kita ajarkan digunakan dalam keseharian.
Hal itu sejalan dengan ajaran agama, bahwa salah satu amalah yang tidak putus adalah ilmu yang bermanfaat. Yaitu ilmu kebaikan yang diajarkan oleh kita kepada orang lain, dan ilmu tersebut terus terus dipergunakan oleh orang lain yang kita ajarkan itu. Selama orang itu mengerjakan ilmu yang kita ajarkan, maka pahala orang itu juga mengalir ke diri kita tanpa mengurangi pahala orang tersebut sama sekali. Ilmu itu sendiri bisa pelajaran agama, bisa pengetahuan praktis, atau apapun yang bermanfaat. Siapa yang menanam, maka ia akan menuai. Barang siapa menanam padi, sangat mungkin ada rumput yang ikut tumbuh. Barang siapa menanam rumput, kecil kemungkinan padi ikut tertanam.
Merubah sesuatu dari yang kurang baik menjadi baik juga termasuk hal yang bermanfaat. Mulai dari diri sendiri yang meninggalkan kebiasaan yang kurang baik menjadi kebiasaan baik, menginspirasi orang lain untuk berubah menjadi baik, sampai memimpin orang lain melakukan perubahan ke arah yang lebih baik adalah juga termasuk contoh dari ilmu yang bermanfaat, yang pahalanya tidak ada habisnya bahkan sampai kita meninggal dunia. Kali ini saya coba angkat mengenai perubahan dalam pelayanan umum yang diinisiasi oleh Ignasius Jonan.
Salah satu tokoh progresif dalam pelayanan umum adalah Ignasius Jonan, orang yang meninggalkan warisan berharga dalam pengelolaan sistem perkeretaapian di Indonesia. Semua warga Jabodetabek tahu persis bagaimana kondisi perkeretaapian di masa sebelum Ignasius Jonan mempimpin, dimana panjang rel lebih pendek dari zaman kolonial Belanda, jadwal tidak dapat diketahui kepastiannya, banyaknya copet dan pengemis di dalam kereta dan di stasiun, sampai penumpang yang rela berdiri di atas kereta dan di sambungan kereta.
Semenjak adanya perubahan yang dimotori oleh sang Ignasius Jonan, semua bisa lihat sekarang bagaimana wajah perkeretaapian yang makin humanis. Kereta jauh lebih bersih, jadwal lebih dapat diprediksi, penjual liar tidak ada lagi di dalam kereta dan di stasiun, dan gerbong berpenyejuk udara untuk semua jenis kereta. Bahkan mayoritas rel kereta yang melintas di dalam kota Jakarta sekarang diberikan pagar guna mengamankan aset lahan disekitar rel yang seringkali diokupasi rumah dan tempat usaha.
Buat saya, contoh transformasi Jonan tersebut dapat dijadikan contoh ideal dari mengubah wajah pelayanan umum di Indonesia. Karena banyak hal yang menjadi masalah klasik dari pelayanan umum dapat diselesaikan. Misalnya mengganti pejabat-pejabat yang pro status quo, yang berkeberatan untuk bekerja keras dan menghadapi risiko dalam melakukan sterilisasi stasiun dari pedagang liar, dari orang-orang yang tidak berkepentingan, sampai penutupan akses apapun diluar pekentingan penumpang, termasuk akses ke mushola/masjid. Saya ingat sekali, di stasiun kampus saya dulu ada masjid yang memiliki akses langsung ke stasiun tersebut. Kemudian akses tersebut akan disterilisasi, banyak sekali protes dan nada sumbang mulai dari tidak humanis / melanggar HAM, kebijakan penuh dosa karena akan menghalangi orang yang akan beribadah ke masjid, pimpinannya bukan Muslim jadi membuat kebijakan yang anti Islam, sampai ormas-ormas dari ormas Islam sampai ormas lainnya memagari eksekusi penutupan tersebut. Ternyata semua bisa dibicarakan dan tidak dengan emosi. Penutupan tetap harus dilakukan, dengan memberikan akses lain ke masjid tersebut. Win-win solution!
Dan suka atau tidak, harus diakui dibawah kepemimpinan Jonan-lah perubahan wajah perkeretaapian kini berubah menjadi lebih baik dibanding jaman dulu. Atas prestasi sebagai Dirut PT KAI tersebut yang dilakukan dibawah kepresidenan SBY, kini pak Jokowi memberikan dua kali kesempatan sebagai menteri yang berbeda, Menteri Perhubungan dan Menteri ESDM. Kemudian pertanyaannya, apakah Jonan akan sukses juga dalam mempimpin ESDM? Setidaknya Jonan telah memulainya dengan “menundukkan” PT Freeport dalam hal mengubah kontrak karya dengan izin usaha pertambangan khusus. Tentu masalah yang sangat berbeda dan jauh lebih kompleks akan dihadapi oleh Jonan. Kita semua mendoakan yang terbaik bagi beliau.
Leave a Reply