Konsisten = Percaya?

Tingkat kepercayaan bisa menjadi tinggi atau rendah. Tingkat kepercayaan yg tinggi membuat merasa yakin dan nyaman atas tindakan pihak lain. Sebaliknya, saat tingkat kepercayaan kira rendah, kita akan merasa curiga atas niat, tindakan, integritas, dan kepentingan pihak lain.

Menariknya sepertinya praktik kehidupan berbangsa kita membawa konsekuensi yg mempertebal ketidakpercayaan kita satu sama lain. Dari seluruh desa yang saya lakukan musyawarah bentuk ganti kerugian pembebasan lahan jalan tol, ada dua desa yang menolak dengan keras dan penolakan tersebut dimotori oleh beberapa orang. Meskipun beberapa satgas desa berkata mereka adalah agen provokasi, tapi saya memilih untuk mempercayai bahwa mereka adalah benar perwakilan dari warga yang menyuarakan aspirasi mereka. Ternyata ya memang mereka belum mendapatkan informasi yang akurat sesuai dengan UU 2 tahun 2012. Begitu dijelaskan dengan baik, mereka akhirnya menerima sebesar 85% dari yang tadinya 90% menolak.

Itu adalah salah satu contoh manifestasi ketidakpercayaan warga masyarakat kepada pemerintah yang akan menggusur tanah mereka. Contoh lain terkait dengan pemberantasan korupsi. Pernyataan yg lazim adalah mengapa masyarakat seperti tidak perduli dengan pemberantasan korupsi di dunia nyata adalah tidak ada gunanya menghukum pejabat yg korup karena nasib rakyat juga tidak akan berubah dengan ditangkapnya para koruptor.

Contoh lain, masyarakat kehilangan kepercayaan kepada anggota Parlemen karena viral foto dan video serta kisah anggota parlemen jalan-jalan keluar negeri, punya mobil yg ceper banget tapi harganya em (tau kan??), tapi tidur disaat rapat misalnya. Padahal mungkin mayoritas anggota parlemen itu sudah tajir dari awalnya, jadi kemewahan yg jadi viral itu bukan didapat setelah menjadi anggota parlemen. Hanya saja viral yang disebarkan itu menonjolkan satu sisi informasi saja, yaitu informasi yang menyatakan anggota parlemen hidup mewah. Viral memang dapat membuat sesuatu menjadi positif atau negatif tergantung siapa dan niatan apa yang memviralkannya.

Contoh lain kurangnya kepercayaan di kehidupan sehari-hari yaitu pengguna kendaraan bermotor akan main serobot, saling mendahului, berhimpitan hampir nyenggol disaat macet, karena kita tidak percaya pengguna kendaraan lain akan antri dan atau memberi kita jalan secara bergiliran, jadi harus dulu-duluan. Anehnya disaat jalan lurus, yg tadi begitu sengit dulu-duluan, jalan santai dibawah 50 km/jam di lajur paling kanan pulak, absurd!

Yang jelas kepercayaan itu tidak datang seketika, tetapi hasil dari perilaku dan atau keadaan yg konsisten. Sayangnya segala sesuatu yang konsisten akan menjadi suatu benchmark atau patokan umum terhadap suatu hal. Apabila kita percaya bahwa untuk mendapatkan jasa yang cepat atau memuluskan urusan itu memerlukan uang tambahan, maka hal itulah yang kemudian menjadi kepercayaan umum.

Ketaatasasan itulah yang dapat menjadi senjata postitif bagi siapapun, baik warga masyarakat sampai pemerintah. Konsisten melakukan kebaikan dapat menjadikan seseorang menjadi panutan warga lainnya. Konsisten menegakkan hukum tanpa pandang bulu dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat akan keadilan dan persamaan di depan hukum. Konsisten melakukan sesuatu yang bermanfaat atau kamu sukai, dapat menjadikan kamu ahli di bidang tersebut di masa yang akan datang. Jadi, kamu percaya kamu bisa konsisten?

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Create a free website or blog at WordPress.com.

Up ↑

https://zonadamai.com/

Mari berdiskusi mengenai Filsafat, Hukum, Sumber Daya Manusia, dan Gagasan

Notes from an Indonesian Policy Wonk

Notes and Analysis on Indonesian Current Affairs and Policies

Khalid Mustafa's Weblog

Sebuah Catatan Kecil

Pan Mohamad Faiz, S.H., M.C.L., Ph.D.

Constitutional Law, Comparative Constitutional Law, Constitutional Court and Human Rights

JURNAL HUKUM

Mari berdiskusi mengenai Filsafat, Hukum, Sumber Daya Manusia, dan Gagasan

The Chronicles of a Capitalist Lawyer

Mari berdiskusi mengenai Filsafat, Hukum, Sumber Daya Manusia, dan Gagasan

Ibrahim Hasan

Mari berdiskusi mengenai Filsafat, Hukum, Sumber Daya Manusia, dan Gagasan

%d bloggers like this: