Indonesia akan mengalami bonus demografi, apakah benar bonus atau cuma surplus (anak muda)?

Beberapa waktu lalu terdapat seorang gadis muda berbicara sangat lantang di forum Konfrensi Tingkat Tinggi Iklim yang diselenggarakan markas besar PBB, dan mata dunia pun sejak itu tertuju pada gadis kecil ini. Dengan mimik marah dia mengutarakan kekecewaannya kepada pimpinan dunia yang hadir yang menurutnya mengabaikan perubahan iklim di seluruh dunia yang menyebabkan naiknya suhu bumi. Gadis tersebut bernama Greta Thunberg, gadis berkewarganegaraan Swedia yang lahir pada tahun 2003.

Sebagian melihat Greta sebagai seorang pionir, aktivis muda, sebagian melihatnya sebagai aktivis yang terlalu muda. Melihat tahun kelahirannya, Greta bisa digolongkan sebagai Generasi Z (generasi yang pada tahun 2019 berumur di kisaran 7 tahun sampai 22 tahun, atau yang lahir tahun 1997 sampai tahun 2012). Generasi Z ini hadir setelah Generasi Y (disebut juga Generasi Milenial, yang pada tahun 2019 berumur di kisaran 23 tahun sampai 38 tahun, atau yang lahir tahun 1981 sampai tahun 1996). Apakah Greta dapat dijadikan sebuah contoh terhadap Generasi Y dan Z yang diharapkan ada di suatu negara?

Pada 2030-2040, Indonesia diprediksi akan mengalami masa bonus demografi, yakni jumlah penduduk usia produktif (berusia 15-64 tahun) lebih besar dibandingkan penduduk usia tidak produktif (berusia di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun), konon angka usia produktif adalah diatas 52% dibanding usia tidak produktif di angka kurang dari 48% dari total penduduk Indonesia. Dengan kata lain, baik generasi Y maupun generasi Z di tahun 2030 akan mencapai usia puncaknya, yaitu minimal umur 18 tahun dan maksimal umur 49 tahun. Kemudian selama 10 tahun Indonesia akan menikmati bonus usia produktif tersebut sampai tahun 2040. Pada tahun 2040 maka komposisi penduduknya menjadi minimal 28 tahun dan maksimal 59 tahun. Setelah tahun 2040 tersebut Indonesia justru menjadi negara dengan komposisi usia pensiun yang lebih banyak dari usia produktif, dengan catatan angka kelahiran tetap pada angka saat ini. Apabila angka kelahiran menurun, maka komposisi penduduk usia pensiun akan lebih banyak lagi dibanding usia produktif.

“Bonus demografi ibarat pedang bemata dua. Satu sisi adalah berkah, jika kita berhasil mengambil manfaatnya. Satu sisi lain adalah bencana apabila kualitas manusia Indonesia tidak disiapkan dengan baik,” kata Presiden Jokowi.

Baru saja bangsa Indonesia dibuat riuh dengan berita konflik antara suatu perusahaan rokok yang menjadi sponsor suatu kegiatan pencarian bakat olahraga. Banyak yang setuju pelarangan namun tidak sedikit juga yang berang dengan pelarangan tersebut, karena khawatir prestasi olahraga Indonesia menjadi semakin terjun bebas. Lalu apakah bila menggunakan kacamata yang sama, akankah Greta akan dibilang eksploitasi anak? Karena dia sampai bolos sekolah demi berdemonstrasi seorang diri di depan kantor pemerintah Swedia memperjuangkan lingkungan hidup?

Kalau melihat semangat anak-anak mahasiswa dalam mengawal berbagai RUU kontroversial maka kita dapat berkata bonus demografi akan memajukan Indonesia. Namun kalau melihat literasi digital, penguasaan bahasa asing, keterampilan praktis, dan kecerendungan berusaha/entrepreneur maka apabila pemerintahan sekarang tidak mengambil langkah strategis dan mengutamakan sumber daya manusia, dikhawatirkan kuantitas usia produktif yang berlimpah hanya surplus. Meskipun tugas menyiapkan generasi selanjutnya bukan hanya tugas pemerintah saja, tetapi juga lingkungan terkecil mulai dari orang tua, keluarga, sampai ke lingkungan pergaulan sehari-hari.

Advertisement

One thought on “Indonesia akan mengalami bonus demografi, apakah benar bonus atau cuma surplus (anak muda)?

Add yours

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

Blog at WordPress.com.

Up ↑

https://zonadamai.com/

Mari berdiskusi mengenai Filsafat, Hukum, Sumber Daya Manusia, dan Gagasan

Notes from an Indonesian Policy Wonk

Notes and Analysis on Indonesian Current Affairs and Policies

Khalid Mustafa's Weblog

Sebuah Catatan Kecil

Pan Mohamad Faiz, S.H., M.C.L., Ph.D.

Constitutional Law, Comparative Constitutional Law, Constitutional Court and Human Rights

JURNAL HUKUM

Mari berdiskusi mengenai Filsafat, Hukum, Sumber Daya Manusia, dan Gagasan

The Chronicles of a Capitalist Lawyer

Mari berdiskusi mengenai Filsafat, Hukum, Sumber Daya Manusia, dan Gagasan

Ibrahim Hasan

Mari berdiskusi mengenai Filsafat, Hukum, Sumber Daya Manusia, dan Gagasan

%d bloggers like this: